That's How We Met
"Kita tak sejalan,
dan itu menyakitiku.
Tapi jika aku diberi kesempatan
untuk merubah waktu,
aku akan tetap memilih bertemu denganmu.
Karena aku dan kamu
tak harus menjadi satu."
Pernahkah kau merasa begitu rindu tapi tak mampu kau ucapkan? Atau ingin kau ungkapkan namun memilih diam? Karena berbagai kata "mungkin" yang Tak pernah ada jawabannya. Karena ia mungkin bukan orang yang sama. Karena mungkin ia memilih bahagia bukan denganmu. Karena mungkin lebih baik Tak menghidupkan Masa lalu. Atau Karena kau tau ia mungkin Tak lagi akan mengerti meski kau meletakkan kata "sangat" pada setiap kata rindu. Karena Rasanya kata itu tak cukup untuk menjelaskan semua perasaan yang bercampur aduk dan membuat sesak ruang didalam hatimu. Hingga kadang terasa sulit untuk sekedar bernafas hanya dengan mengingat namanya.
Bagiku, rinduku padamu itu bagaikan secangkir kopi hangat tanpa gula saat mendaki gunung. Membutuhkanmu untuk menghangatkan hatiku yang merindu. Meski lelah, meski terluka, aku hanya menginginkanmu.
Dan tulisan ini adalah bentuk lain dari rasa rinduku padamu. Tidak akan cukup memang untuk mengukir rasa yang ada di hatiku. Tapi tulisan ini akan kujadikan sebagai prasasti yang mungkin akan kau temukan namun sulit kau mengerti. Karena kita dari dua benua yang berbeda dengan musim yang berbeda. Juga dengan perasaan yang berbeda.
Aku masih ingat saat itu tanggal 25 desember 2018. Malam itu adalah malam yang sangat aku tunggu-tunggu. Di sebuah pulau kecil bernama Gili Air yang terletak di bagian utara pulau Lombok, akan diadakan "Chrismast Party". Aneh memang. Dimalam suci seperti itu, harusnya dirayakan dengan berkumpul dengan keluarga dan melakukan rangkaian keagamaan untuk menguatkan rasa cinta pada Tuhan. Tapi di pulau kecil ini, malam sakral itu dirayakan dengan pesta hura-hura hingga menjelang subuh dan semua orang pulang teler lupa diri. Aneh kan? Aturannya, semua party harus selesai menjelang subuh. Karena mayoritas penduduk pulau ini adalah muslim dengan budaya yang masih cukup kental dibandingkan pulau Trawangan. Tapi begitulah kehidupan di pulau ini. Aneh bin ajaib.
Aku mengehela nafas karena akhirnya pekerjaanku selesai. Tepat pukul setengah 12 malam saat kulirik jam pada layar hpku. Sedikit kesal karena lebih telat dari seharusnya. Boss ku malah sempat berniat buka sampai subuh. Gila, pikir kami. Tapi karena kami semua bilang nggak, boss pun mengalah. Namanya Martin. Pria Austria umur 37 tahun, jangkung, kurus dengan rambut kuning kecoklat-coklatan. Oh ya, aku kerja di sebuah restaurant yang baru buka beberapa bulan sebelumnya. Tepatnya bulan September 2018 tepat beberapa minggu setelah gempa. Iya, kami semua staff awal. Dia sedang agak stress soal keuangan karena harusnya bulan itu adalah high season, tapi malah sepi karena dampak gempa. Bisa dimengerti sih. But everyone wants to party!
Aku tersenyum sopan pada beberapa tamu yang semuanya teman-teman Martin. Mereka sedang asyik main poker.
"We are done, Martin." Ucapku sopan sekedar memberitahu.
"You've checked everything?" Tanyanya memastikan.
"Yes. I've put the key at the bar." Jawabku.
"Okay, darling. Thanks."
Aku hanya tersenyum membalas ucapannya. Secepat mungkin aku berlari ke kamar yang terletak di samping restaurant. Karena tinggal di staff room. Aku berganti pakaian tak ingin membuang waktu lagi. Mak Fela dan Rena sudah menunggu depan restaurant. Aku masih ingat, aku mengenakan gaun bertali tipis warna Biru gelap. Kupadukan dengan kardigan karena tak suka pakai pakaian tanpa lengan. Kupoles makeup ala kadarnya dan kuselempangkan tas kecil warna merah yang kupinjam dari temanku. Tak lupa juga kacamata besar yang lagi ngetren-ngetrennya waktu itu di seantero Indonesia.
"Going to party?" Tanya Glen, salah satu teman Martin, saat kulewati jejeran meja tempat mereka masih bermain poker.
"Yeah. Are you guys coming?"
"Yeah. A bit later."
"Okay. See you there then." Jawabku tersenyum ramah sambil melambaikan tangan.
"Have fun!" Jawabnya membalas lambaian tanganku. Aku segera berlalu.
"Yuk!" Ajakku. Aku, Mak Fela, Rena dan beberapa orang yang aku lupa siapa mereka akhirnya pergi.Kami memutuskan berjalan kaki karena tidak semua punya sepeda. Tempat party pun tidak begitu jauh. Tepatnya di ZIP BAR yang terletak tepat di pinggir pantai.
Sepanjang perjalanan kami hanya mengobrol hal-hal sepele. Mampir di mini market beli beberapa Smirnoff dan soft drinks.
"Mak, ntar kalau ketahuan Indra, gimana?" Tanyaku karena Mak sempat cerita kalau anak laki-lakinya ngasih warning agar Mak nggak pergi ke Party.
"Hmm...Ntar Mak bilang kalau Mak mau nyari ayah baru." Selorohnya. Semua tertawa mendengar jawaban Mak. Kami semua tahu kalau Mak tidak ada niat menikah lagi setelah kematian suaminya.
Hanya butuh waktu 5 menit, kami sudah sampai di Chillout, restaurant dekat ZIPP BAR. Mereka juga mengadakan Chrismast Party. Suara musik DJ yang aku tidak mengerti sama sekali jenisnya menggema memenuhi ruang telinga. Kunikmati sambil melewatinya menuju ZIP BAR. Kami memilih duduk sejenak menikmati musik DJ lainnya yang juga tidak aku mengerti.
Kutatap layar HP berharap sebuah pesan datang.Tapi nihil. Tak ada pesan sekalipun.
"Where are you? Wanna come to party?" Ketikku dan menekan tanda kirim.
"I'm in bed about to go sleep, not tonight, i need some rest😫. Enjoy your night :)xx talk tomorrow" Balasnya
"I see." Balasku kecewa.
Bohong. Begitulah hatiku merutuk. Aku ingat perasaan itu begitu kuat malam itu. Aku tidak tau apa yang terjadi. Tapi perasaanku begitu kuat mengatakan kalau dia sedang berbohong.
"Daniel, ya?" Tanya Rena.
"Iya. Katanya dia ngantuk, nggak mau party. Tapi kayaknya dia lagi ama cewek lain."
"Hmmm...tadi aku liat dia ama cewe lain sih." Ucap Rena ragu-ragu. Dial! ternyata perasaanku benar. Aku menghela nafas dalam mencoba menenangkan diri.
Daniel. Pria Australia yang Aku kenal beberapa waktu lalu di sebuah pesta mingguan. Pria yang membuatku luluh setelah sekian lama Dan membuatku terperangkap dalam sebuah hubungan yang tidak Aku pahami. Kami lebih dari sekedar teman tapi Tak punya keterikatan. Orang-orang mungkin menyebutnya "sleeping buddy" atau "friends with benefit". Tapi anehnya, Kita juga pergi makan malam romantis, Mengenal orang tuanya, Saling mengucapkan kata-kata Manis. Hal yang Tak seharusnya dilakukan pasangan "friends with benefit". Jujur saja, Hal itu membuatku sangat senang. Aku pikir, semua akan baik-baik saja Dan Kita bisa menjadi lebih sekedar ini. Pikirku.
"Gimana si Dan? Nggak dateng?" Tanya Mak Fela kemudian menyesap Rum Coke miliknya. Entah siapa lagi yang memberikannya minuman.
"Dia ama cewek lain." Jawabku sekenanya. Dia menghela nafas kemudian menarik tanganku. "Mau kemana?" Tanyaku heran.
"Udah ikut aja."
Mak Fela menarikku kearah Chill Out. Suara musik DJ berdentum kencang. Aku hanya melongo melihat kesekeliling. Tak banyak orang. Kuambil bangku restauran dan duduk sambil menyesap soft drink. Sambil meliarkan pandangan, mataku terhenti pada sekelompok orang yang sedang duduk ngobrol. Kelompok yang sejak tadi mondar-mandir ZIP BAR-Chill Out. Seorang cowok Bule dan beberapa muda-mudi lokal. Ya, itu kamu. Sebenarnya, kamu cukup menarik perhatianku sejak awal, tapi cuma berani mengagumi dari jauh karena sepertinya kamu sedang PDKT dengan salah satu cewek lokal yang sedang bersamamu saat itu.
Aku liarkan pandanganku beberapa saat, dan kalian udah bubar saatku pandang kearah tempat kalian berkumpul tadi. Aku sedikit kecewa karena aku masih ingin menatapmu lebih lama lagi. Aku tak bisa melihat jelas karena jarak kita cukup jauh. Tapi saat itu aku yakin, kamu cowok tampan.
"Eh, itu kan bule ganteng yang doyan sambel itu." Ucap mak Fela menepuk punggungku. Tanpa aba-aba, Mak Fela sudah menarik tanganku.
"Hei! How are you?" Sapa Mak Fela kepada cowok tinggi yang kini berada didepanku. Lah, ini kan cowok bule yang aku liatin dari tadi. Rutukku dalam hati. Ternyata benar tebakanku. Dia sangat tampan. Aku terpukau sesaat. Wajah tampannya yang terpapar sedikit cahaya warna-warni benar-benar membuatku silau.
"Hei! You are the sambala lady from the other day, right?" Balasnya hangat. Mak Fela mengangguk."I'm good. How are you?"
"Good. How's the party? You like it?"
"Yeah. It's cool."
"Oh by the way, this is my friend, Frischa. She works at Pockets & Pints too." Ucap Mak Fela memperkenalkan kami.
"Ah I remember you. Daniel, right?" Aku mengernyitkan dahiku."I saw you quiet a lot with him."
"Wait, so you know Dan?" Dia mengangguk. Ah sial. Ternyata temennya Dan.
"I'm Lauri, by the way." Kujabat tanganmu, menyebut ulang namaku dan tersenyum sekenanya. Dan tiba-tiba teman-temanmu datang. Kamu pamit. Aku kembali lagi duduk ke bangku. Aku liat kamu duduk dengan cewek itu. Entah apa yang kalian bicarakan. Tapi aku bisa liat cewek itu tidak menikmati partynya. Mungkin dia tidak terlalu suka suasana party. Karena dia sejak awal sibuk dengan hpnya. Aku memilih pergi kembali ke ZIP BAR setelah kuhabiskan minumanku. Beberapa orang sudah mulai berdansa di depan DJ. Aku pun mulai menari menikmati irama musik. Teman-temanku mulai ikut menari kecuali Rena dan beberapa teman yang aku temui di party.
"Mau minum?" Tanya Hery yang baru datang menari didepanku, Salah satu teman yang seeing Aku temui di party.
"Aku kan nggak minum alkohol." Tolakku.
"Oh ya." Kemudian dia menyodorkan selembar uang lima puluh ribuan. Kuambil dan pergi ke bar.
"Soft drink nya satu." Pesanku. Kuliarkan pandanganku kearah samping kiri. Kulihat kamu sedang duduk dengan cewek itu. Kubuang muka pura-pura tidak melihatmu. Aku nggak mau menyapamu karena takut akan menimbulkan salah paham. Takut kalau dia akan berpikir aku sedang menggodamu. Setelah kusodorkan uang lima puluh ribu, aku bergegas pergi kembali menari. Kusodorkan uang kembalian ke Hery dan mengucapkan terimakasih. Kami kembali menari, mengikuti irama musik yang masih tidak terbiasa ditelingaku. Entah berapa lama sampai Hery berbisik kepadaku.
"Eh, tu bule dari tadi ngeliatin kamu." Kukernyitkan dahi dan menoleh kebelakang. Kamu disana. Aku tersenyum hangat.
"Where are your friends?" Tanyaku padamu.
"I don't know where they are." Jawabmu menjungkitkan bahu.
"And the girl u were with?"
"Ah, she's home. She's not enjoying the party." Aku mengangguk sekenanya. Jeda sesaat. "Hey, wanna go to Cheeky Monkey? There's party there too." Ajakmu menyebut sebuah bar.
"Ah yeah I heard that. But maybe a bit later." Tolakku. Kamu mengangguk.Kamu kemudian pamit untuk minum di bar. Aku hanya mengangguk. "Eh, liat cheeky monkey yuk!" Ajakku pada Hery.
"Nggak ah. Katanya disana nggak rame."
"Yah kamu kan nggak tau. Kalo nggak asik, ya balik." Desakku. Akhirnya dia mengalah. Dia kemudian mengambil motor listriknya dan kami pergi. Tapi tepat didepan 7 Seas, kami berhenti. Ban motornya bocor. Sial. Kami langsung memasukkan motornya ke 7 Seas yang kebetulan tempat kerjanya. Kamipun duduk dipinggir jalan dekat pantai sambil menunggu temannya datang. Berharap dia bisa membantu kami. Tapi seperti takdir, kamu berjalan sendirian lewat didepanku.
"Hei. You are going to Cheeky Monkey?" Sapaku.
"Ah, hei. Yeah, i'm heading to Cheeky Monkey. And you?"
"Yeah, we are about to go there to check. But then, his motorbike has problem. Wanna go together?"
"Yeah sure. Let's go."
"Hmm...can we wait a bit later? We are waiting for his friend." Kamupun setuju dan duduk disampingku. Aku tak ingat apa yang kita bicarakan setelahnya. Tapi aku ingat, kita hanya bicara basa-basi. 10 menit berlalu tapi tidak ada tanda-tanda teman Hery datang. Aku merasa tidak enak hati karena sudah memintamu menunggu.
"Eh, aku duluan aja ya bareng dia. Aku nggak enak udah nyuruh dia nunggu." Melasku pada Hery. Hery sudah pasang tampang ngambek. Tapi kemudian temannya pun datang. Tepat waktu banget. "Nah, kamu pergi bareng dia aja. Aku ntar jalan bareng Lauri." Hery setuju dan langsung ikut temannya. Kemudian hanya aku dan kamu yang tersisa. Kitapun berjalan. Aku ingat dengan jelas malam itu. Angin sepoi, deburan ombak, dan wajah tampanmu yang diterpa cahaya terang bulan malam itu. Lautan tampak berkilau keperakan diterpa sinar rembulan. Begitu juga wajahmu. Pembicaraan tentang Daniel yang tak habis dibahas. Aku ingat bahasan kita saat itu. Masih terngiang di ingatanku sampai detik ini.
"So, Dan is not coming to party with you?"
"Nah. He said, he's tired. But obviously, he's with other girl. My friend saw him too." Kamu mengangguk.
"But, if he see us together now, he will misunderstand. He won't be happy"
"Why would he? It's nothing to do with him. It's not like we are in relationship or something."
"But still, don't tell him. You know, there's unspoken rule between guys. Like we can't hit up to the girl that our friends to be with."
"Well, i don't understand it. who make that stupid rule though? If we are not in relationship, it means that we are available to be with anyone. Anyway, he's with another girl now, so why can't I?"
"Well, fair enough."
"By the way, now I kinda remember you. You came to Pockets & Pints few times already, no?"
"Yeah. Because my friend recommend me. And it's so good. Maybe if you know Rob?"
"Yeah, of course I know him. He come a lot. He even speak local language. Wait, did you order Nici's Delight with bacon?"
"Correct." Aku tertawa karena aku bisa mengingatmu. Rasanya konyol, kita sudah sering ketemu tapi itu pertama kalinya kita bicara.
"So now i definetly remember you. First time you came, you were sitting at the bar. I was thinking to ask you if you wanna play some games while waiting for your orders, but you were busy with your phone."
"Oh really?" Kamu tertawa renyah mengingat betapa dingin kesan yang kamu berikan padaku. Aku ingat senyumanmu yang manis. Benar-benar menggoda. "I do remember you too. I've seen you a lot. You came to Lucky's many times. And I do like the way you dress up." Pujimu. Aku sedikit tersipu karena pujianmu yang blak-blakan dan membuatku hanya mampu berkata "Thanks."
"So, you came to Lucky's a lot?" Kamu hanya mengangguk. "But I never saw you there. So weird."
"I do know about you have a problem with other girl that Dan had been hangout with too."
"Really?" Aku tertawa konyol karena mengingat kejadian dengan cewek yang pernah jalan sama Dan sebelum kenal aku. "It's crazy and i feel stupid at the same time. We were just chilling. And then that girl come and started to get mad."
"Well, I totally understand. Because Dan was hanging out with her for few days already and suddenly with you. But I'm surprised that you were still there watching them arguing."
"Well, I don't understand either. That's why i said, I feel stupid. I just can go intead of watching their drama." Kita berdua pun tertawa konyol.
Begitulah pembicaraan kita mengalir dari topik tentang Dan sampai pembicaraan omong kosong lainnya. Aku ingat, kita berjalan di bibir pantai. Menikmati udara hangat pantai malam itu. Udara yang terasa lengket di kulit. Kamu menjahiliku sesekali. Menarik badanku agar aku basah terkena air pantai namun menarikku kembali membuatku terperangkap dipelukanmu beberapa kali. Anehnya, semua berjalan begitu mengalir. Seolah-olah Kita sudah saling mengenal bertahun-tahun lamanya.
"Wanna drink something?" Tawarmu saat kita sampai di Cheeky Monkey.
"I'm alright. I don't drink alcohol."
"Wanna have soft drinks maybe?"
"Hmm...coke would be alright." Kamu pun pergi memesan minuman. Aku mulai menari sendiri. Ternyata, partynya tidak seburuk yang dikatakan teman-temanku. Bisa dibilang, musiknya lebih bisa kunikmati. Aku meliarkan pandangan dan banyak orang yang aku kenal sedang asik menari dengan tampang teler mereka. Martin beserta teman-temannya sudah mulai teler dan mulai bicara sembarangan. Salah satu teman Martin yang tidak aku ingat namanya mulai mendekatiku. Bertanya sembarangan dan mulai merangkulku membuatku tidak nyaman. Kamupun datang membawa dua minuman. Alcohol untukmu dan coca-cola untukku.
"Wanna go somewhere else for a while?" Ajakmu. Akupun mengangguk dan mengikutimu. Kita duduk sejenak di berugak kecil di belakang sound system. "Wanna go to that boat?" Tunjukmu kearah boat yang terparkir diatas laut. Belum sempat kujawab, kau tarik tanganku. Kita berjalan diantara rumput laut dan air laut yang tidak dalam. Hanya sebatas lutut. Kau genggam tanganku erat namun lembut agar Aku Tak terjatuh. Kitapun duduk berdampingan sejenak. Menikmati musik DJ yang terdengar samar di kejauhan. Menikmati suasana hangat diantara kita. Tanpa siapapun, hanya kita berdua.
"What if Dan finds out that you are with me?"
"As I said, we are not in relationship. We r just sleeping buddy. What does it called?Friends with benefits? I don't know. We talked about this already. Well, I kinda sad because he lies to me. I mean, he can just said that he's with ..."
Dan tiba-tiba kamu menciumku tanpa aku menyelesaikan kata-kataku. Bibirmu yang menempel dibibirku membuatku tertegun. Kemudian kamu berbisik lembut. "Please don't tell Dan about this." Dan aku hanya mengangguk meng-iyakan. Kau sesapkan jemarimu diantara rambut dibelakang kepalaku. Menarik kepalaku perlahan,menciumku kembali dengan lembut. Bibirmu yang terasa hangat dan lembut membuatku tenggelam dalam suasana. Kubalas ciumanmu dengan lembut, meremas lembut rambutmu yang terasa halus. Cukup lama sampai kita melepaskan tautan pada bibir kita. "You are really a good kisser." Pujimu.Kita saling tersenyum penuh arti menatap satu sama lain.
"How could you decide someone is a good kisser or not?"
"Hmm...hard to explain. But you know if someone is a good kisser when you feel good about it? From kissing different girls?" Jawabmu ragu-ragu. Aku tertawa melihatmu yang ragu-ragu menjawabku. Kamu terlihat sangat manis.
"Shall we dance?" Ajakku. Kamu mengangguk dan menggenggam tanganku. Menariknya perlahan mengikutimu menari de kerumunan orang-orang yang sudah mabuk. Tak ada tarian yang istimewa diantara kita. Aku ingat kau tak pandai menari. Hanya tarian acak tanpa makna hingga subuh menjelang. Orang-orang masih sibuk menari tapi kita memutuskan untuk pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Langit mulai memancarkan warna sedikit kebiruan diantara gelap.
"What's your plan after this?" Tanyamu.
"I don't know. Sleeping?"
"You are tired already?"
"Hmm...not really. But at some point, I have to sleep because I have to work tomorrow."
"Wanna chill at my place for a while?"
Pertanyaan itu membuatku terdiam sesaat. Aku berfikir kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya. Aku bertanya dalam hati. Apakah kita akan berakhir hanya menjadi seperti Aku dan Daniel? Atau hanya sebatas one night stand ? Atau bisakah kita menjadi lebih dari sekedar kemungkinan lainnya? Apapun itu, aku begitu yakin bahwa Aku bisa mengambil resiko apapun. Aku ingin bersamamu lebih lama lagi.
"Hmmm...okay. But I can't stay that long." Kamu mengangguk. "By the way, why are we walking so fast?" Tanyaku heran menyadari kalau kami berjalan sangat cepat.
"Well, I used to walk fast in my home country. That's why sometimes Dan complaint because I walk too fast."
"Same goes to me. Because I used to walk a lot, so I walk faster then my friends. But lucky that we both walks fast. But you know what Indonesian said about someone who walks fast? They call us a 'debt collector.'" Kita tertawa renyah.
"How is it related though? Debt collector nothing to do with walking fast."
"No idea." Ucapku menjungkitkan bahu."Ah right, where are you from by the way?" Kamu tertawa lucu. Entah apa yang membuatmu tertawa.
"Are you seriously asking me now? After kissing?" Akupun tertawa menyadari kekonyolanku. Kau usap kepalaku dengan gemas.
"I'm from Finland. You know where is it?"
"No idea. I failed map. But I know for sure it's somewhere in Europe." Kamu tertawa lagi dan merangkulku hangat.
"Wanna drink something?" Tanyamu saat kita sudah sampai di penginapanmu.
"Water would be alright." Kamu pun menuju kulkas dan kembali dengan sebotol minuman. "Thanks." Ucapku sekenanya dan mengambil botol minuman darinya. Segera kuminum saat sampai di dalam kamar. "You got a nice place." Mataku meliarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan.
"Yeah. Good place. You like it?" Aku mengangguk. Kamu kembali melekatkan wajahmu dengan wajahku, menciumku hangat. Kita berpagutan. Terhanyut suasana. Kemudian kau akhiri dengan mencium seluruh wajahku. Membuatku jatuh tertidur. Aku tertawa geli dengan ciumanmu. Kudorong sedikit wajahmu agar menjauh. Mata Kita bertemu lagi. Menatap penuh arti. Kau daratkan ciumanmu lagi di bibirku. Begitu hangat Dan menggairahkan. Semua akal sehatkupun menghilang. Coumanmu begitu memabukkan hingga kupasrahkan semuanya mengalir pada waktu. Entah kapan saat kusadari Kita berdua sudah Tak lagi memakai selembar benangpun. Hanya Ada celana dalammu yang tersisa. Sisa-sisa gesekan hangat tubuhmu membuatku menggila. Aku ingin lebih dari itu Dan tanpa malu Aku bertanya padamu. "You got condom?"
"No." Jawabmu terengah.
"Shit!"
"I never intend to do this with anyone here. So I don't prepare. But if you wanna do it, I promise I won't come inside"
Bagaikan sihir, Aku benar-benar tidak peduli. Aku percayakan semuanya padamu. Malam itu, Aku Hanya menginginkanmu. Merasakan Dan menikmati seluruh hangat tubuhmu. Hingga kita mendapatkan apa yang Kita inginkan, berasa di puncak kenikmatan.
Kaupun berbaring disampingku. Mencium keningku dan mengusap lembut pipiku. "Stay here with me." Ucapmu lembut menatapku. Aku hanya mengangguk mengiyakan. Kitapun mengubah posisi berbaring dengan benar. Berdampingan sambil membicarakan hal-hal konyol. Cukup lama hingga kita tertidur.