Senin, 02 September 2019

CINTA JANGAN PERGI: Then Our Story Begin

Edit Posted by with No comments

Then Our Story Begin

"Then our story begin...
On the Christmas Party,
Under the moonlight shadow,
You kissed my lips,
Let the heartbeats breaking my door,
And let you in...
Makes you be the only journey that I want to live in"


Beep..Beep..Beep...
Suara alarm memecah keheningan pagi yang hangat. Tanganku menggapai sembarang keatas meja kecil disamping ranjang, meraih Hp ku. Kubuka mataku perlahan. Masih mamai kulihat jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Kupejamkan mata sejenak dan kubuka lagi perlahan. Kubalik badanku kesamping. Aku tersenyum kecil melihat sosok yang terlelap disampingku. Rambut blonde terbelah dua persis seperti Brian McFadden dari anggota boyband Westlife saat masih muda. Kulit yang putih pucat terpancar pantulan sinar matahari dari balik kaca pintu kamar mandi. Tanpa sadar, tanganku menyentuh wajahmu, membelainya mengikuti garis wajah. Matanya terbuka membuatku sedikit terkejut. Segera kujauhkan tanganku. 'Sial! Ketahuan deh.' Ucapku merutuk dalam hati. Kamu tersenyum manis. Menggenggam hangat tanganku, membawanya kedepan bibirmu, dan mengecupnya.
"Morning." Sapamu dengan senyummu yang manis membuatku meleleh.
"Morning." Balasku.
"You sleep well?" Aku mengangguk.
"How could I not sleep well when there's handsome guy sleeps beside me?" Ucapku cheesy menatapmu penuh arti. Kamu tertawa sumringah. Aku segera bangun dengan malas menuju kamar mandi. Sekedar buang air kecil. 
Kembali teringat apa yang telah kita lewati semalam. Aku tersenyum. Jujur Aku merasa sangat bahagia tapi merasa bersalah disisi lain. Rasanya bercampur aduk. Aku merasa bahagia Karena untuk pertama kalinya Aku merasa begitu hangat Dan diperlakukan begitu lembut oleh seorang pria. Jujur saja, aku tidak cantik. Bagi orang Indonesia, Aku berada dibawah rata-rata kecantikan orang Indonesia. Tapi kau melihatku berbeda. Bahkan saat bersama Dan, Aku Tak pernah Merasakan ini. Entah bagaimana Aku menjelaskannya.
Kusingkirkan pikiranku. Aku Tak ingin memikirkannya lebih jauh. Aku hanya ingin menikmati waktu yang kita miliki terlepas apa yang akan terjadi.
Sedikit terkejut melihat wajahku yang kusut bagai hantu dibalik cermin dengan maskara yang mulai meleleh. Ku oles sedikit lipstik dan menepuk tissue ke wajahku yang penuh minyak kemudian keluar. 
Kupakai pakaianku dan merapikannya sedikit. Kuambil tas kecilku dan kuselempangkan. Kutenggerkan kacamataku.
"You are leaving?" Tanyamu.
"Yeah. I have to work." Kamu menarik tanganku kuat membuatku jatuh menimpa tubuhmu. Dan kau memelukku erat. Aku bisa mencium aroma tubuhmu yang sangat khas. Wangi yang sangat menenangkan. "Stay like this for a minute." Aku hanya bisa tersenyum akan tingkahmu yang menurutku sangat manis. Kita tetap dalam posisi itu untuk beberapa saat dan kemudian kulepaskan pelukanmu. "Oh before you leave, can I have your number? Ah right, my phone is dying. Lend me your phone." Kuberikan Hpku dan kamu mulai mengetik nomermu. "Text me later." Aku mengangguk dan segera meninggalkan kamar.

Sinar mentari pagi itu sangat hangat saatku tinggalkan kamarmu. Menerpa keatas permukaan air kolam menyilaukan mata yang terasa masih sangat berat. Ingin rasanya tidur lebih lama ditempatmu. Tapi aku tidak ingin semua orang melirikku penuh curiga meski pada kenyataannya apa yang aku lakukan bukanlah hal yang layak dilakukan oleh orang Indonesia pada umumnya. Sangat tidak pantas. Tapi sekedar untuk menghindari pertanyaan orang-orang. Tidak ingin membuat masalah.
Beberapa orang tengah berdiri mengobrol didepan penginapan menikmati udara pagi. Mereka tersenyum saatku melewati kerumunan mereka. Aku hanya tersenyum tipis dan menunduk berharap mereka tidak akan mengingat wajahku saat nanti kami bertemu tanpa sengaja suatu hari. Well, it's just a small island. So there will be big chance that we gonna meet each other somewhere on the island. Pikirku.

Sampai dikamar, aku langsung berbaring. Mataku rasanya masih sangat mengantuk. Hampir tertidur sampai sebuah pertanyaan terpaksa membuatku membuka mata.
"Kamu baru pulang?" Tanya Nopi, teman sekamarku.
"Iya. Baru pulang. Mau tidur lagi. Ntar bangunin kerja ya." Ucapku kembali menutup mata.
"Okay."
-----------------------
Aku duduk sejenak setelah menyelesaikan persiapan buka restaurant. Penat dan gerah. Angin hangat bertiup membuatku semakin berkeringat. Tipikal udara di gili. Mataku masih terasa berat  meski sempat tidur sebelum masuk kerja. Sepertinya masih belum terbiasa dengan party meski dulu seringkali bergadang saat kuliah. Pikiranku melayang pada kejadian semalam. Aku tersenyum sumringah teringat aku belum mengirimu pesan. Kukirim emoticon berpelukan sekedar bahasa penyapa. Tak butuh waktu lama, kau pun membalas pesanku.
"I hope you had a good time." 
"I did! Have a nice day!" Balasku. Kusimpan Hp ku karena beberapa tamu mulai berdatangan. Aku segera melayani tamu-tam, mengambil pesanan dan membuat minuman. Tak banyak tamu yang perlu ditangani. Hanya beberapa meja yang terisi karena low season - musim sepi. Kembali duduk di Bar saat pesanmu datang.
"Thanks. Btw,  when do you have your next dayoff?"
"Day after tomorrow. Why?"
"I'm going tomorrow to Lombok. I have booked a place there for 3 nights. I was thinking about renting scooter and see around. Would you like to come with me?"
"Huh? Sunddenly?" I thought you gonna stay longer in Gili Air. Then where will you go after?"
"Yeah well i knew about it long time ago but i just met you yesterday. I gonna come back to Gili Air after that. Gonna be here over the new years."
"I see. Which part of Lombok Exactly?"
"I'll stay around North Lombok. It's called Rinjani Beach Eco Resort. I think it's in Tanjung."
"Okay. I might come. Will let you know."
"Yeah it would be nice if you do 😊"
Perbincangan itupun berlanjut. Kita rencanakan perjalanan kita dan berlanjut pada pembicaraan-pembicaraan konyol. Sekedar basa-basi membuang waktu. Sudah tidak ada pelanggan lagi. Jam sudah menunjukkan waktu menjelang sore. Tidak biasanya ada pelanggan datang diwaktu sebegitu. Disaat seperti ini, staff lain biasanya akan istirahat siang atau sekedar duduk di meja besar depan restaurant agar lebih mudah memperhatikan pelanggan. Aku hendak tidur siang juga karena masih merasa lelah. Tapi pesanmu selanjutnya membuatku berhenti dan mengurungkan niat.
"Dan is asking 'How was your night, brother?'. I kind of  would like to tell him. 'Cause if he finds out otherway then it will look bad. I don't think he would be upset because he mas met a new girl already."
Aku diam sejenak. Memikirkan apa yang hendak aku katakan. Jujur saja, aku merasa bersalah. Entah mengapa aku merasa apa yang kita lakukan adalah salah meski apa yang kau katakan pun masuk akal. Kenyataan bahwa hubunganku dengan dia bukanlah hubungan yang serius membuatku sedikit frustasi. Ingin marah padanya tapi aku tau aku tak punya hak. Tapi mengingat kenyataan bahwa dia tidur dengan wanita lain juga membuatku kesal. Mungkin aku sebenarnya punya sedikit perasaan padanya. Dan itu tidak adil untuk kita. Tidak adil untukmu. Seolah aku menjadikanmu sebagai pelarian.
"You can tell him." Balasku.
"Is it okay for you? But what if he ask what ahppened?"
"Just tell him that u met me at the party. We were dancing and having a small talk. Something like that."
Beberapa saat kemudian, kamu justru mengirimkan screenshot percakapanmu dengan Dan. Sedikit marah karena dia meperjelas bahwa hubungan kita bukanlah apa-apa, bahwa dia tidak berkomitmen denganku.
"He doesn't ask more. But i think he is guessing." Ketikmu.
Aku terdiam sejenak saat Hp ku berbunyi lagi tanda sebuah pesan baru masuk. Kulirik Hp ku. Pesan dari Dan. Aku mengeluh sesaat. Menarik nafas dalam dan membuangnya perlahan. Kubuka isi pesannya.
"How's your day going? Sounds like fun." Pesan Dan.
"Hi! Everything good. How's your day? Merry Christmas BTW." Balasku.
"That's good. Pretty relaxing.  Haven't done much at all. What about you?"
"Sounds good. Relaxing is a good teraphy for mind. Feeling tired from the party last night."
"Did you have a big night? Lauri said he saw you at the party."
Aku tersenyum sinis membaca pesannya. Bisa aku bayangkan raut wajahnya yang menegang. Dia pasti sedang bersiap untuk perang argumen denganku. Tapi aku tidak ingin membuatnya puas. Aku tidak ingin menjawab pertanyaannya. Aku ingin dia menerkanya sendiri. The game star! Pikirku.
"Big night? well, I went to Zipp Bar for a while then move to Cheeky Monkey. It was awesome. Yeah I met him. We had a small talk and dancing."
"That's good. Sounds like you had fun."
"It always been fun at the party isn't it?" Balasku sarkastik.
"IDK. I've been to plenty of of shit parties hahaha."
"Really? Unfortunately. But well, having fun is not always at the party." Balasku penuh makna. Masih dengan nada sarkastik. Aku ingin tau apa yang terjadi semalam dengannya. Aku ingin setidaknya dia jujur padaku. Tapi dia malah mengalihkan pembicaraan. Aku sedikit tidak sabar dan mengirim pesan lebih gamblang.
"How was your night? Had some fun?"
"It was very quiet. Just had dinner and went home." Aku menghela nafas. Masih nggak mau ngaku ya lu? Decakku kesal.
"Lying on the bed also could be fun."
"I don't know why you're making such a big deal out of this. You told me not to be jealous if I see you with other boys. So am I not allowed to talk to other girls??"
Seperti tamparan, realita itu kembali menghantamku. Ku remas rambutku. Menghela nafas kecewa. Ya aku sadar aku pernah mengatakannya. Itu kukatakan karena dia selalu mengatakan bahwa kita tidak punya komitmen. Hubungan kita tidak lebih dari sekedar teman tidur. Aku mengatakannya hanya untuk membuat egonya terusik. 
Harga diriku terusik. Dia tidak ingin jujur meski dia tahu aku sudah tau apa yang ia lakukan dengan perempuan lain semalam. Aku bukanlah orang yang bisa dengan mudah mengatakan apa yang ada dihatiku. Terlebih jika aku sudah tau apa yang dia pikirkan tentang hubungan kami. 
"Read it again! I'm sick of talking about this thing. I don't care if you are with other girls. We talked about this million times."
"That's what i thought. But I kinda feel like you are pissed off. You were pretty short with me last night the you weren't texting me today."
Aku terkekeh membaca pesannya. Sekarang dia mencoba membalikkan fakta. Tapi aku tau aku bisa memutar keadaan. Membuatnya merasa bersalah.
"Ah really? Why don't you read it again? you are the one who did it. You didn't reply to my messages and I even asked you out to the party! Seriously! I know what happened to you last night but yet I don't wanna talk about it because obviously we are not in relationship. Do you know how "
Akhirnya kuluahkan juga kekesalanku meski rasanya tak cukup. Ingin rasanya aku berteriak. Rasanya sangat tidak adil. Ingin sekali marah padanya tapi tak bisa. Karena akupun melakukan hal yang sama. Aku menhianatinya, tidur dengan temannya.
Ku ketik lagi pesan menjawab pesanmu. Ku kirim screenshot percakapanku dengan Dan. Kamu bertanya apakah sebenarnya aku marah karena Dan dengan orang lain. Aku memikirkan berkali-kali pertanyaanmu. Ingin kukatakan sejujurnya padamu apa yang kurasakan. Tapi aku mulai takut. Aku takut mengakhiri semuanya denganmu. Meski dengan jelas aku tau aku belum punya perasaan apapun padamu. Jadi kuputuskna sedikit berbohong padamu. Mengatakan bahwa aku hanya kesal karena dia tidak jujur.
"Okay I'm sorry, baby. I missunderstood your text. I don't mean to upset you." Balas Dan lagi.
"Don't be!"
"Are you off tomorrow?" Dia berusaha mengganti topik pembicaraan.
"No. It will be day after. Why?"
"I was going to see if you wanted to go out for lunch tomorrow. But if you are going to work then it's all good. I'm going to Singapore on 27th and will be back on 30th. I would love to see you before leaving."
"It's okay. It's not like you are leaving for a long time. We can catch up other time."
Percakapanpun berlanjut. Percakapanku denganmu dan percakapanku dengan Dan yang kubalas dengan setengah hati. Meskipun masih kesal, tapi bodohnya aku masih mau menerimanya setelah apa yang ia lakukan. Jika kuingat lagi saat ini, rasanya begitu bodoh. Harusnya kuakhiri saja semuanya dengannya dan memulai semuanya denganmu.
"Hey, do you wanna meet after work? We can meet somewhere at the bar or wherever you want."
"Okay. But I don't think there will be any bar open at that hour. So maybe chilling on the beach."
"Okay. See you later then."
"See yaa."
------------





0 komentar:

Posting Komentar