Jumat, 07 April 2023

Edit Posted by with No comments

 BERATNYA JADI DEWASA


        Lagi capek secapek-capeknya. Rasanya seperti diam ditempat-kehilangan arah. Kalian pernah ngerasain nggak sih perasaan kayak gini? Apa lagi ngerasain juga?

       Menjadi wanita umur 28 tahun sekaligus anak pertama benar-benar tidak menyenangkang. Pressurenya terlalu tinggi baik sebagai anak perempuan yang berumur 28 tahun, anak tertua yang harus menjadi contoh bagi adik-adik gue, sebagai anak yang lulus dari unversitas luar negeri. Diatas itu semua, gue masih single dan nggak punya pekerjaan tetap. HA-HA-HA..... Gue cuma bisa ketawa miris-ngetawain diri sendiri.

        Ayah, Ibu dan keluarga gue di kampung udah mulai nyuruh balik karena aku cuman kerja serabutan di negeri orang. Tapi gue terlalu takut buat pulang. Takut dinikahin sama sembarangan orang di desa dan terlalu takut dilabel gagal padahal udah jauh-jauh kuliah S2 di negeri orang. Padahal niat gue pengen buktiin bahwa gue bisa jadi orang yang lebih baik walaupun gue cuman orang kampung. Tapi realita yang gue temuin sepanjang perjalanan gue terlalu keras nampar gue. Seringkali gue nangis sambil jalan kaki saat pulang kerja. Karena rasanya pengen nyerah aja, tapi ego gue nggak mau biarin gue berhenti tengah jalan. Yang bisa gue lakuin cuma nguatin hati aja biar nggak terjatuh. Ujung-ujungnya ya jalanin aja semuanya walaupun sebenarnya nggak tau harus melangkah kemana. Walaupun harus sering menangis sesenggukan sendirian.

        Kadang gue nanya sama diri gue sendiri. Aapa gue terlalu berekspektasi tinggi? Apa gue emang nggak worth it? Padahal gue nggak pengen yang muluk-muluk, bisa kerja office, bantu keluarga, nikah sama orang yang gue sayang. Tapi dari semua yang gue pengenin, nggak ada satupun yang bisa gue raih. Gagal jadi anak yang bisa bantu keluarga, gagal dapet kerjaan, gagal juga ketemu orang yang bisa nerima gue. Rasanya jadi kayak sampah, nggak guna.

        Ya Allah.. Kok berat banget sih?

Minggu, 09 Agustus 2020

SAAT NGERASA DEPRESI......

Edit Posted by with No comments
Pernah nggak sih kamu ngerasa sedih banget sampe ngerasa bangun tidurpun rasanya enggan banget, nggak mau kemana-mana, cuman sendirian di kamar. Entah karena putus dengan orang yang kamu sayang banget, marahan sama keluarga, teman kerja, Boss dan lainnya. Aku pernah. Dulu sering banget sih sampai rasanya putus asa banget. Aku benci sama semua orang bahkan lebih sering benci sama diri sendiri.
Disaat seperti itu, aku biasanya bakalan ngerasa bahwa semua yang aku lakuin nggak ada artinya sama sekali. Pertanyaan-pertanyaan kenapa ini-kenapa itu atau harusnya kan begini bukannya begitu sering banget muncul. Pernah dulu waktu kuliah saking frustasinya sama keadaan, gue sempet mikir mau bunuh diri. Bodoh kan? Tapi ya begitulah. Banyak diantara kita ngerasa bahwa mati mungkin jalan yang lebih baik. Biar semuanya berhenti aja sekalian, nggak perlu pusing mikirin hal yang sama.
Waktu itu pikiranku kacau banget. Semua masalah yang aku pendem dari kecil sampai aku sedewasa itu berkumpul jadi satu. Aku pengen mati tapi juga takut banget. Tepat banget sebelum aku laksanain niatku, ada satu pikiran terlintas dibenakku. Kok hidupku menyedihkan begini sih? Dulu kayaknya aku lumayan bahagia. Aku punya 2 orang sahabat yang kemana-mana selalu bareng, papa-mama ngirim aku kuliah jauh-jauh padahal keluarga nggak ada yang setuju padahal mereka bela-belain berhutang, kalo aku mati sekarang, berarti aku cuma ninggalin orangtuaku sama hutangnya. Kemudian aku nangis sejadi-jadinya. Nggak ada yang tau kalau hari itu aku nangis seharian hari itu. Aku mikir dan inget-inget hal-hal kecil yang bikin aku bahagia banget dulu. Bahkan hal sepele kayak dulu pengen banget naik pesawat walaupun cuma sekali tapi malah jadi sering naik pesawat. Kemudian aku sadar, oh ternyata banyak hal yang aku dulu pengen banget tapi dikabulin Tuhan dan nggak pernah aku syukurin. Padahal Tuhan udah ngasih banyak banget buat aku.
Setelah hari itu, aku sedikit demi sedikit mulai belajar ngubah mindset aku. Hal yang aku syukurin banget sampai hari ini. Sebenernya sedih itu kan cuma perasaan kita artinya kita yang bisa ngontrol. Tiap kali ngerasa sedih banget, aku biasain ngomel-ngomel di pikiran aku seolah-olah ngomelin orangnya, jadi kayak bikin percakapan gitu di otak. Terus aku bawa nonton video-video sedih. Dibanding lagu, menurutku liat video sedih lebih mujarab. Karena kalo lagu bisa bikin hati kita lebih terhanyut sama kesedihan diri sendiri. Tapi kalau nonton video, itu bikin kita terhanyut namun bisa ngalihin fokus sedihnya kita. Misalkan kita lagi sedih terus nonton video tentang orang yang minta-minta. Penyebab rasa sedihnya kan berbeda dan tidak ada kaitannya sama sekali. Tapi kan yang terpenting saat sedih itu adalah cara menyalurkan rasa sedihnya tanpa membuat kita lebih terpuruk. Selain itu, ini biasanya bantu aku buat nggak lupa bersyukur. Ternyata diluar sana banyak orang yang lebih kasihan dan nggak punya waktu buat nikmatin hidup kayak aku.
Nah setelah
nonton video, biasanya aku lakuin sesuatu yang aku suka. Nonton film lucu misalkan atau sekedar jalan-jalan sendirian kemana aja. Besoknya, baru deh aku pikirin lagi kalau emang masalahnya butuh penyelesaian atau enggak. Aku biasanya mikirin ulang kayak apa sih permasalahannya, apa benar dia yang salah, salahnya dimana, apa yang perlu aku lakuin buat mecahin masalah tersebut. Mirkirin ulang setelah kita merasa lebih baik itu penting. Ini ngebantu kita berpikir out of the box dan lebih rasional. Ingat, jangan pernah menampikkan fakta kalau dia memang tidak bersalah. Belajar akui kalau dia benar. Toh kita juga sadar bahawa kita nggak melulu benar. Tapi kalau sebaliknya, justru dia yang bersalah dalam persoalan itu, then let it go. Karena in the end of the day, ini bukan soal dia atau dia yang salah. Tapi ini semua tentang bagaimana kamu berdamai sama diri kamu sendiri. Your happiness is priority. Buat apa membenci orang lain kalau tiap kali ketemu dia malah bikin kamu sakit hati dan kepikiran rasa sakit yang udah dia kasih buat kamu? Sama sekali nggak layak. 
Intinya, jalanin saja. Mulai belajar menerima terutama terima diri kamu yang apa adanya. Setelah semua hal yang Aku lewatin dan dengan perspective baru, perlahan aku nemuin apa yang aku mau. Aku ketemu dengan orang-orang baik walaupun banyak yang na'uzubillah juga. Tapi aku syukurin yang baik-baiknya aja. Kamu juga pasti bakalan nemuin lingkungan yang cocok buat kamu. Ingat, kita semua berpindah-pindah. Pada akhirnya, kamu akan selalu bertemu dengan orang-orang baru dengan lingkungan baru dan hari ini akan berlalu. Jangan takut bertahan demi diri kamu sendiri. Chester Bennington pernah bilang gini "If you fear life, then you will never live". Bertahanlah, kamu juga akan sampai pada tujuanmu. 

Selasa, 15 Oktober 2019

DYING

Edit Posted by with No comments
It’s more like a storm in the dawn,
Silent in the empty grief halls,
The death notes whispered in my ears,
Telling the same dark history,
Embracing my soul and stealing my courage…

It feels dark and black,
Haunting from the back,
Like it’s going to steal my soul and never send it back,
Like I will never return again if I sleep at night,
Turning Like the falling leafs in the autumn night…

I can not sleep,
I can not leave,
My heart is dying,
My tears are drying,
Wanting of the sun to rise for my morning,
Because tomorrow might be nothing,…


By: Ruhul Auliya

Senin, 02 September 2019

CINTA JANGAN PERGI: Then Our Story Begin

Edit Posted by with No comments

Then Our Story Begin

"Then our story begin...
On the Christmas Party,
Under the moonlight shadow,
You kissed my lips,
Let the heartbeats breaking my door,
And let you in...
Makes you be the only journey that I want to live in"


Beep..Beep..Beep...
Suara alarm memecah keheningan pagi yang hangat. Tanganku menggapai sembarang keatas meja kecil disamping ranjang, meraih Hp ku. Kubuka mataku perlahan. Masih mamai kulihat jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Kupejamkan mata sejenak dan kubuka lagi perlahan. Kubalik badanku kesamping. Aku tersenyum kecil melihat sosok yang terlelap disampingku. Rambut blonde terbelah dua persis seperti Brian McFadden dari anggota boyband Westlife saat masih muda. Kulit yang putih pucat terpancar pantulan sinar matahari dari balik kaca pintu kamar mandi. Tanpa sadar, tanganku menyentuh wajahmu, membelainya mengikuti garis wajah. Matanya terbuka membuatku sedikit terkejut. Segera kujauhkan tanganku. 'Sial! Ketahuan deh.' Ucapku merutuk dalam hati. Kamu tersenyum manis. Menggenggam hangat tanganku, membawanya kedepan bibirmu, dan mengecupnya.
"Morning." Sapamu dengan senyummu yang manis membuatku meleleh.
"Morning." Balasku.
"You sleep well?" Aku mengangguk.
"How could I not sleep well when there's handsome guy sleeps beside me?" Ucapku cheesy menatapmu penuh arti. Kamu tertawa sumringah. Aku segera bangun dengan malas menuju kamar mandi. Sekedar buang air kecil. 
Kembali teringat apa yang telah kita lewati semalam. Aku tersenyum. Jujur Aku merasa sangat bahagia tapi merasa bersalah disisi lain. Rasanya bercampur aduk. Aku merasa bahagia Karena untuk pertama kalinya Aku merasa begitu hangat Dan diperlakukan begitu lembut oleh seorang pria. Jujur saja, aku tidak cantik. Bagi orang Indonesia, Aku berada dibawah rata-rata kecantikan orang Indonesia. Tapi kau melihatku berbeda. Bahkan saat bersama Dan, Aku Tak pernah Merasakan ini. Entah bagaimana Aku menjelaskannya.
Kusingkirkan pikiranku. Aku Tak ingin memikirkannya lebih jauh. Aku hanya ingin menikmati waktu yang kita miliki terlepas apa yang akan terjadi.
Sedikit terkejut melihat wajahku yang kusut bagai hantu dibalik cermin dengan maskara yang mulai meleleh. Ku oles sedikit lipstik dan menepuk tissue ke wajahku yang penuh minyak kemudian keluar. 
Kupakai pakaianku dan merapikannya sedikit. Kuambil tas kecilku dan kuselempangkan. Kutenggerkan kacamataku.
"You are leaving?" Tanyamu.
"Yeah. I have to work." Kamu menarik tanganku kuat membuatku jatuh menimpa tubuhmu. Dan kau memelukku erat. Aku bisa mencium aroma tubuhmu yang sangat khas. Wangi yang sangat menenangkan. "Stay like this for a minute." Aku hanya bisa tersenyum akan tingkahmu yang menurutku sangat manis. Kita tetap dalam posisi itu untuk beberapa saat dan kemudian kulepaskan pelukanmu. "Oh before you leave, can I have your number? Ah right, my phone is dying. Lend me your phone." Kuberikan Hpku dan kamu mulai mengetik nomermu. "Text me later." Aku mengangguk dan segera meninggalkan kamar.

Sinar mentari pagi itu sangat hangat saatku tinggalkan kamarmu. Menerpa keatas permukaan air kolam menyilaukan mata yang terasa masih sangat berat. Ingin rasanya tidur lebih lama ditempatmu. Tapi aku tidak ingin semua orang melirikku penuh curiga meski pada kenyataannya apa yang aku lakukan bukanlah hal yang layak dilakukan oleh orang Indonesia pada umumnya. Sangat tidak pantas. Tapi sekedar untuk menghindari pertanyaan orang-orang. Tidak ingin membuat masalah.
Beberapa orang tengah berdiri mengobrol didepan penginapan menikmati udara pagi. Mereka tersenyum saatku melewati kerumunan mereka. Aku hanya tersenyum tipis dan menunduk berharap mereka tidak akan mengingat wajahku saat nanti kami bertemu tanpa sengaja suatu hari. Well, it's just a small island. So there will be big chance that we gonna meet each other somewhere on the island. Pikirku.

Sampai dikamar, aku langsung berbaring. Mataku rasanya masih sangat mengantuk. Hampir tertidur sampai sebuah pertanyaan terpaksa membuatku membuka mata.
"Kamu baru pulang?" Tanya Nopi, teman sekamarku.
"Iya. Baru pulang. Mau tidur lagi. Ntar bangunin kerja ya." Ucapku kembali menutup mata.
"Okay."
-----------------------
Aku duduk sejenak setelah menyelesaikan persiapan buka restaurant. Penat dan gerah. Angin hangat bertiup membuatku semakin berkeringat. Tipikal udara di gili. Mataku masih terasa berat  meski sempat tidur sebelum masuk kerja. Sepertinya masih belum terbiasa dengan party meski dulu seringkali bergadang saat kuliah. Pikiranku melayang pada kejadian semalam. Aku tersenyum sumringah teringat aku belum mengirimu pesan. Kukirim emoticon berpelukan sekedar bahasa penyapa. Tak butuh waktu lama, kau pun membalas pesanku.
"I hope you had a good time." 
"I did! Have a nice day!" Balasku. Kusimpan Hp ku karena beberapa tamu mulai berdatangan. Aku segera melayani tamu-tam, mengambil pesanan dan membuat minuman. Tak banyak tamu yang perlu ditangani. Hanya beberapa meja yang terisi karena low season - musim sepi. Kembali duduk di Bar saat pesanmu datang.
"Thanks. Btw,  when do you have your next dayoff?"
"Day after tomorrow. Why?"
"I'm going tomorrow to Lombok. I have booked a place there for 3 nights. I was thinking about renting scooter and see around. Would you like to come with me?"
"Huh? Sunddenly?" I thought you gonna stay longer in Gili Air. Then where will you go after?"
"Yeah well i knew about it long time ago but i just met you yesterday. I gonna come back to Gili Air after that. Gonna be here over the new years."
"I see. Which part of Lombok Exactly?"
"I'll stay around North Lombok. It's called Rinjani Beach Eco Resort. I think it's in Tanjung."
"Okay. I might come. Will let you know."
"Yeah it would be nice if you do 😊"
Perbincangan itupun berlanjut. Kita rencanakan perjalanan kita dan berlanjut pada pembicaraan-pembicaraan konyol. Sekedar basa-basi membuang waktu. Sudah tidak ada pelanggan lagi. Jam sudah menunjukkan waktu menjelang sore. Tidak biasanya ada pelanggan datang diwaktu sebegitu. Disaat seperti ini, staff lain biasanya akan istirahat siang atau sekedar duduk di meja besar depan restaurant agar lebih mudah memperhatikan pelanggan. Aku hendak tidur siang juga karena masih merasa lelah. Tapi pesanmu selanjutnya membuatku berhenti dan mengurungkan niat.
"Dan is asking 'How was your night, brother?'. I kind of  would like to tell him. 'Cause if he finds out otherway then it will look bad. I don't think he would be upset because he mas met a new girl already."
Aku diam sejenak. Memikirkan apa yang hendak aku katakan. Jujur saja, aku merasa bersalah. Entah mengapa aku merasa apa yang kita lakukan adalah salah meski apa yang kau katakan pun masuk akal. Kenyataan bahwa hubunganku dengan dia bukanlah hubungan yang serius membuatku sedikit frustasi. Ingin marah padanya tapi aku tau aku tak punya hak. Tapi mengingat kenyataan bahwa dia tidur dengan wanita lain juga membuatku kesal. Mungkin aku sebenarnya punya sedikit perasaan padanya. Dan itu tidak adil untuk kita. Tidak adil untukmu. Seolah aku menjadikanmu sebagai pelarian.
"You can tell him." Balasku.
"Is it okay for you? But what if he ask what ahppened?"
"Just tell him that u met me at the party. We were dancing and having a small talk. Something like that."
Beberapa saat kemudian, kamu justru mengirimkan screenshot percakapanmu dengan Dan. Sedikit marah karena dia meperjelas bahwa hubungan kita bukanlah apa-apa, bahwa dia tidak berkomitmen denganku.
"He doesn't ask more. But i think he is guessing." Ketikmu.
Aku terdiam sejenak saat Hp ku berbunyi lagi tanda sebuah pesan baru masuk. Kulirik Hp ku. Pesan dari Dan. Aku mengeluh sesaat. Menarik nafas dalam dan membuangnya perlahan. Kubuka isi pesannya.
"How's your day going? Sounds like fun." Pesan Dan.
"Hi! Everything good. How's your day? Merry Christmas BTW." Balasku.
"That's good. Pretty relaxing.  Haven't done much at all. What about you?"
"Sounds good. Relaxing is a good teraphy for mind. Feeling tired from the party last night."
"Did you have a big night? Lauri said he saw you at the party."
Aku tersenyum sinis membaca pesannya. Bisa aku bayangkan raut wajahnya yang menegang. Dia pasti sedang bersiap untuk perang argumen denganku. Tapi aku tidak ingin membuatnya puas. Aku tidak ingin menjawab pertanyaannya. Aku ingin dia menerkanya sendiri. The game star! Pikirku.
"Big night? well, I went to Zipp Bar for a while then move to Cheeky Monkey. It was awesome. Yeah I met him. We had a small talk and dancing."
"That's good. Sounds like you had fun."
"It always been fun at the party isn't it?" Balasku sarkastik.
"IDK. I've been to plenty of of shit parties hahaha."
"Really? Unfortunately. But well, having fun is not always at the party." Balasku penuh makna. Masih dengan nada sarkastik. Aku ingin tau apa yang terjadi semalam dengannya. Aku ingin setidaknya dia jujur padaku. Tapi dia malah mengalihkan pembicaraan. Aku sedikit tidak sabar dan mengirim pesan lebih gamblang.
"How was your night? Had some fun?"
"It was very quiet. Just had dinner and went home." Aku menghela nafas. Masih nggak mau ngaku ya lu? Decakku kesal.
"Lying on the bed also could be fun."
"I don't know why you're making such a big deal out of this. You told me not to be jealous if I see you with other boys. So am I not allowed to talk to other girls??"
Seperti tamparan, realita itu kembali menghantamku. Ku remas rambutku. Menghela nafas kecewa. Ya aku sadar aku pernah mengatakannya. Itu kukatakan karena dia selalu mengatakan bahwa kita tidak punya komitmen. Hubungan kita tidak lebih dari sekedar teman tidur. Aku mengatakannya hanya untuk membuat egonya terusik. 
Harga diriku terusik. Dia tidak ingin jujur meski dia tahu aku sudah tau apa yang ia lakukan dengan perempuan lain semalam. Aku bukanlah orang yang bisa dengan mudah mengatakan apa yang ada dihatiku. Terlebih jika aku sudah tau apa yang dia pikirkan tentang hubungan kami. 
"Read it again! I'm sick of talking about this thing. I don't care if you are with other girls. We talked about this million times."
"That's what i thought. But I kinda feel like you are pissed off. You were pretty short with me last night the you weren't texting me today."
Aku terkekeh membaca pesannya. Sekarang dia mencoba membalikkan fakta. Tapi aku tau aku bisa memutar keadaan. Membuatnya merasa bersalah.
"Ah really? Why don't you read it again? you are the one who did it. You didn't reply to my messages and I even asked you out to the party! Seriously! I know what happened to you last night but yet I don't wanna talk about it because obviously we are not in relationship. Do you know how "
Akhirnya kuluahkan juga kekesalanku meski rasanya tak cukup. Ingin rasanya aku berteriak. Rasanya sangat tidak adil. Ingin sekali marah padanya tapi tak bisa. Karena akupun melakukan hal yang sama. Aku menhianatinya, tidur dengan temannya.
Ku ketik lagi pesan menjawab pesanmu. Ku kirim screenshot percakapanku dengan Dan. Kamu bertanya apakah sebenarnya aku marah karena Dan dengan orang lain. Aku memikirkan berkali-kali pertanyaanmu. Ingin kukatakan sejujurnya padamu apa yang kurasakan. Tapi aku mulai takut. Aku takut mengakhiri semuanya denganmu. Meski dengan jelas aku tau aku belum punya perasaan apapun padamu. Jadi kuputuskna sedikit berbohong padamu. Mengatakan bahwa aku hanya kesal karena dia tidak jujur.
"Okay I'm sorry, baby. I missunderstood your text. I don't mean to upset you." Balas Dan lagi.
"Don't be!"
"Are you off tomorrow?" Dia berusaha mengganti topik pembicaraan.
"No. It will be day after. Why?"
"I was going to see if you wanted to go out for lunch tomorrow. But if you are going to work then it's all good. I'm going to Singapore on 27th and will be back on 30th. I would love to see you before leaving."
"It's okay. It's not like you are leaving for a long time. We can catch up other time."
Percakapanpun berlanjut. Percakapanku denganmu dan percakapanku dengan Dan yang kubalas dengan setengah hati. Meskipun masih kesal, tapi bodohnya aku masih mau menerimanya setelah apa yang ia lakukan. Jika kuingat lagi saat ini, rasanya begitu bodoh. Harusnya kuakhiri saja semuanya dengannya dan memulai semuanya denganmu.
"Hey, do you wanna meet after work? We can meet somewhere at the bar or wherever you want."
"Okay. But I don't think there will be any bar open at that hour. So maybe chilling on the beach."
"Okay. See you later then."
"See yaa."
------------





Kamis, 15 Agustus 2019

CINTA JANGAN PERGI: That's How We Met

Edit Posted by with No comments

That's How We Met

"Kita tak sejalan,
dan itu menyakitiku.
Tapi jika aku diberi kesempatan
untuk merubah waktu,
aku akan tetap memilih bertemu denganmu.
Karena aku dan kamu
tak harus menjadi satu."


Pernahkah kau merasa begitu rindu tapi tak mampu kau ucapkan? Atau ingin kau ungkapkan namun memilih diam? Karena berbagai kata "mungkin" yang Tak pernah ada jawabannya. Karena ia mungkin bukan orang yang sama. Karena mungkin ia memilih bahagia bukan denganmu. Karena mungkin lebih baik Tak menghidupkan Masa lalu. Atau Karena kau tau ia mungkin Tak lagi akan mengerti meski kau meletakkan kata "sangat" pada setiap kata rindu. Karena Rasanya kata itu tak cukup untuk menjelaskan semua perasaan yang bercampur aduk dan membuat sesak ruang didalam hatimu. Hingga kadang terasa sulit untuk sekedar bernafas hanya dengan mengingat namanya.

Bagiku, rinduku padamu itu bagaikan secangkir kopi hangat tanpa gula saat mendaki gunung. Membutuhkanmu untuk menghangatkan hatiku yang merindu. Meski lelah, meski terluka, aku hanya menginginkanmu.

Dan tulisan ini adalah bentuk lain dari rasa rinduku padamu. Tidak akan cukup memang untuk mengukir rasa yang ada di hatiku. Tapi tulisan ini akan kujadikan sebagai prasasti yang mungkin akan kau temukan namun sulit kau mengerti. Karena kita dari dua benua yang berbeda dengan musim yang berbeda. Juga dengan perasaan yang berbeda.

Aku masih ingat saat itu tanggal 25 desember 2018. Malam itu adalah malam yang sangat aku tunggu-tunggu. Di sebuah pulau kecil bernama Gili Air yang terletak di bagian utara pulau Lombok, akan diadakan "Chrismast Party". Aneh memang. Dimalam suci seperti itu, harusnya dirayakan dengan berkumpul dengan keluarga dan melakukan rangkaian keagamaan untuk menguatkan rasa cinta pada Tuhan. Tapi di pulau kecil ini, malam sakral itu dirayakan dengan pesta hura-hura hingga menjelang subuh dan semua orang pulang teler lupa diri. Aneh kan? Aturannya, semua party harus selesai menjelang subuh. Karena mayoritas penduduk pulau ini adalah muslim dengan budaya yang masih cukup kental dibandingkan pulau Trawangan. Tapi begitulah kehidupan di pulau ini. Aneh bin ajaib.

Aku mengehela nafas karena akhirnya pekerjaanku selesai. Tepat pukul setengah 12 malam saat kulirik jam pada layar hpku. Sedikit kesal karena lebih telat dari seharusnya. Boss ku malah sempat berniat buka sampai subuh. Gila, pikir kami. Tapi karena kami semua bilang nggak, boss pun mengalah. Namanya Martin. Pria Austria umur 37 tahun, jangkung, kurus dengan rambut kuning kecoklat-coklatan.  Oh ya, aku kerja di sebuah restaurant yang baru buka beberapa bulan sebelumnya. Tepatnya bulan September 2018 tepat beberapa minggu setelah gempa. Iya, kami semua staff awal. Dia sedang agak stress soal keuangan karena harusnya bulan itu adalah high season, tapi malah sepi karena dampak gempa.  Bisa dimengerti sih. But everyone wants to party!

Aku tersenyum sopan pada beberapa tamu yang semuanya teman-teman Martin. Mereka sedang asyik main poker.
"We are done, Martin." Ucapku sopan sekedar memberitahu.
"You've checked everything?" Tanyanya memastikan.
"Yes. I've put the key at the bar." Jawabku.
"Okay, darling. Thanks."

Aku hanya tersenyum membalas ucapannya. Secepat mungkin aku berlari ke kamar yang terletak di samping restaurant. Karena tinggal di staff room. Aku berganti pakaian tak ingin membuang waktu lagi. Mak Fela dan Rena sudah menunggu depan restaurant. Aku masih ingat, aku mengenakan gaun bertali tipis warna Biru gelap. Kupadukan dengan kardigan karena tak suka pakai pakaian tanpa lengan. Kupoles makeup ala kadarnya dan kuselempangkan tas kecil warna merah yang kupinjam dari temanku. Tak lupa juga kacamata besar yang lagi ngetren-ngetrennya waktu itu di seantero Indonesia.
"Going to party?" Tanya Glen, salah satu teman Martin, saat kulewati jejeran meja tempat mereka masih bermain poker.
"Yeah. Are you guys coming?"
"Yeah. A bit later."
"Okay. See you there then." Jawabku tersenyum ramah sambil melambaikan tangan.
"Have fun!" Jawabnya membalas lambaian tanganku. Aku segera berlalu.
"Yuk!" Ajakku. Aku, Mak Fela, Rena dan beberapa orang yang aku lupa siapa mereka akhirnya pergi.Kami memutuskan berjalan kaki karena tidak semua punya sepeda. Tempat party pun tidak begitu jauh. Tepatnya di ZIP BAR yang terletak tepat di pinggir pantai.

Sepanjang perjalanan kami hanya mengobrol hal-hal sepele. Mampir di mini market beli beberapa Smirnoff dan soft drinks.
"Mak, ntar kalau ketahuan Indra, gimana?" Tanyaku karena Mak sempat cerita kalau anak laki-lakinya ngasih warning agar Mak nggak pergi ke Party.
"Hmm...Ntar Mak bilang kalau Mak mau nyari ayah baru." Selorohnya. Semua tertawa mendengar jawaban Mak. Kami semua tahu kalau Mak tidak ada niat menikah lagi setelah kematian suaminya. 

Hanya butuh waktu 5 menit, kami sudah sampai di Chillout, restaurant dekat ZIPP BAR. Mereka juga mengadakan Chrismast Party. Suara musik DJ yang aku tidak mengerti sama sekali jenisnya menggema memenuhi ruang telinga. Kunikmati sambil melewatinya menuju ZIP BAR. Kami memilih duduk sejenak menikmati musik DJ lainnya yang juga tidak aku mengerti. 

Kutatap layar HP berharap sebuah pesan datang.Tapi nihil. Tak ada pesan sekalipun.
"Where are you? Wanna come to party?" Ketikku dan menekan tanda kirim.
"I'm in bed about to go sleep, not tonight, i need some rest😫. Enjoy your night :)xx talk tomorrow" Balasnya
"I see." Balasku kecewa.

Bohong. Begitulah hatiku merutuk. Aku ingat perasaan itu begitu kuat malam itu. Aku tidak tau apa yang terjadi. Tapi perasaanku begitu kuat mengatakan kalau dia sedang berbohong. 

"Daniel, ya?" Tanya Rena.
"Iya. Katanya dia ngantuk, nggak mau party. Tapi kayaknya dia lagi ama cewek lain."
"Hmmm...tadi aku liat dia ama cewe lain sih." Ucap Rena ragu-ragu. Dial! ternyata perasaanku benar. Aku menghela nafas dalam mencoba menenangkan diri.
Daniel. Pria Australia yang Aku kenal beberapa waktu lalu di sebuah pesta mingguan. Pria yang membuatku luluh setelah sekian lama Dan membuatku terperangkap dalam sebuah hubungan yang tidak Aku pahami. Kami lebih dari sekedar teman tapi Tak punya keterikatan. Orang-orang mungkin menyebutnya "sleeping buddy" atau "friends with benefit". Tapi anehnya, Kita juga pergi makan malam romantis, Mengenal orang tuanya, Saling mengucapkan kata-kata Manis. Hal yang Tak seharusnya dilakukan pasangan "friends with benefit". Jujur saja, Hal itu membuatku sangat senang. Aku pikir, semua akan baik-baik saja Dan Kita bisa menjadi lebih sekedar ini. Pikirku.
"Gimana si Dan? Nggak dateng?" Tanya Mak Fela kemudian menyesap Rum Coke miliknya. Entah siapa lagi yang memberikannya minuman.
"Dia ama cewek lain." Jawabku sekenanya. Dia menghela nafas kemudian menarik tanganku. "Mau kemana?" Tanyaku heran.
"Udah ikut aja."

Mak Fela menarikku kearah Chill Out. Suara musik DJ berdentum kencang. Aku hanya melongo melihat kesekeliling. Tak banyak orang. Kuambil bangku restauran dan duduk sambil menyesap soft drink. Sambil meliarkan pandangan, mataku terhenti pada sekelompok orang yang sedang duduk ngobrol. Kelompok yang sejak tadi mondar-mandir ZIP BAR-Chill Out. Seorang cowok Bule dan beberapa muda-mudi lokal. Ya, itu kamu. Sebenarnya, kamu cukup  menarik perhatianku sejak awal, tapi cuma berani mengagumi dari jauh karena sepertinya kamu sedang PDKT dengan salah satu cewek lokal yang sedang bersamamu saat itu.

Aku liarkan pandanganku beberapa saat, dan kalian udah bubar saatku pandang kearah tempat kalian berkumpul tadi. Aku sedikit kecewa karena aku masih ingin menatapmu lebih lama lagi. Aku tak bisa melihat jelas karena jarak kita cukup jauh. Tapi saat itu aku yakin, kamu cowok tampan.

"Eh, itu kan bule ganteng yang doyan sambel itu." Ucap mak Fela menepuk punggungku. Tanpa aba-aba, Mak Fela sudah menarik tanganku.
"Hei! How are you?" Sapa Mak Fela kepada cowok tinggi yang kini berada didepanku. Lah, ini kan cowok bule yang aku liatin dari tadi. Rutukku dalam hati. Ternyata benar tebakanku. Dia sangat tampan. Aku terpukau sesaat. Wajah tampannya yang terpapar sedikit cahaya warna-warni benar-benar membuatku silau.
"Hei! You are the sambala lady from the other day, right?" Balasnya hangat. Mak Fela mengangguk."I'm good. How are you?"
"Good. How's the party? You like it?"
"Yeah. It's cool."
"Oh by the way, this is my friend, Frischa. She works at Pockets & Pints too." Ucap Mak Fela memperkenalkan kami.
"Ah I remember you. Daniel, right?" Aku mengernyitkan dahiku."I saw you quiet a lot with him."
"Wait, so you know Dan?" Dia mengangguk. Ah sial. Ternyata temennya Dan. 
"I'm Lauri, by the way." Kujabat tanganmu, menyebut ulang namaku dan tersenyum sekenanya. Dan tiba-tiba teman-temanmu datang. Kamu pamit. Aku kembali lagi duduk ke bangku. Aku liat kamu duduk dengan cewek itu. Entah apa yang kalian bicarakan. Tapi aku bisa liat cewek itu tidak menikmati partynya. Mungkin dia tidak terlalu suka suasana party. Karena dia sejak awal sibuk dengan hpnya. Aku memilih pergi kembali ke ZIP BAR setelah kuhabiskan minumanku. Beberapa orang sudah mulai berdansa di depan DJ. Aku pun mulai menari menikmati irama musik. Teman-temanku mulai ikut menari kecuali Rena dan beberapa teman yang aku temui di party. 
"Mau minum?" Tanya Hery yang baru datang menari didepanku, Salah satu teman yang seeing Aku temui di party.
"Aku kan nggak minum alkohol." Tolakku.
"Oh ya." Kemudian dia menyodorkan selembar uang lima puluh ribuan. Kuambil dan pergi ke bar.
"Soft drink nya satu." Pesanku. Kuliarkan pandanganku kearah samping kiri. Kulihat kamu sedang duduk dengan cewek itu. Kubuang muka pura-pura tidak melihatmu. Aku nggak mau menyapamu karena takut akan menimbulkan salah paham. Takut kalau dia akan berpikir aku sedang menggodamu. Setelah kusodorkan uang lima puluh ribu, aku bergegas pergi kembali menari. Kusodorkan uang kembalian ke Hery dan mengucapkan terimakasih. Kami kembali menari, mengikuti irama musik yang masih tidak terbiasa ditelingaku. Entah berapa lama sampai Hery berbisik kepadaku.
"Eh, tu bule dari tadi ngeliatin kamu." Kukernyitkan dahi dan menoleh kebelakang. Kamu disana. Aku tersenyum hangat.
"Where are your friends?" Tanyaku padamu.
"I don't know where they are." Jawabmu menjungkitkan bahu.
"And the girl u were with?"
"Ah, she's home. She's not enjoying the party." Aku mengangguk sekenanya. Jeda sesaat. "Hey, wanna go to Cheeky Monkey? There's party there too." Ajakmu menyebut sebuah bar.
"Ah yeah I heard that. But maybe a bit later." Tolakku. Kamu mengangguk.Kamu kemudian pamit untuk minum di bar. Aku hanya mengangguk. "Eh, liat cheeky monkey yuk!" Ajakku pada Hery.
"Nggak ah. Katanya disana nggak rame."
"Yah kamu kan nggak tau. Kalo nggak asik, ya balik." Desakku. Akhirnya dia mengalah. Dia kemudian mengambil motor listriknya dan kami pergi. Tapi tepat didepan 7 Seas, kami berhenti. Ban motornya bocor. Sial. Kami langsung memasukkan motornya ke 7 Seas yang kebetulan tempat kerjanya. Kamipun duduk dipinggir jalan dekat pantai sambil menunggu temannya datang. Berharap dia bisa membantu kami. Tapi seperti takdir, kamu berjalan sendirian lewat didepanku.
"Hei. You are going to Cheeky Monkey?" Sapaku.
"Ah, hei. Yeah, i'm heading to Cheeky Monkey. And you?"
"Yeah, we are about to go there to check. But then, his motorbike has problem. Wanna go together?"
"Yeah sure. Let's go."
"Hmm...can we wait a bit later? We are waiting for his friend." Kamupun setuju dan duduk disampingku. Aku tak ingat apa yang kita bicarakan setelahnya. Tapi aku ingat, kita hanya bicara basa-basi. 10 menit berlalu tapi tidak ada tanda-tanda teman Hery datang. Aku merasa tidak enak hati karena sudah memintamu menunggu.
"Eh, aku duluan aja ya bareng dia. Aku nggak enak udah nyuruh dia nunggu." Melasku pada Hery. Hery sudah pasang tampang ngambek. Tapi kemudian temannya pun datang. Tepat waktu banget. "Nah, kamu pergi bareng dia aja. Aku ntar jalan bareng Lauri." Hery setuju dan langsung ikut temannya. Kemudian hanya aku dan kamu yang tersisa. Kitapun berjalan. Aku ingat dengan jelas malam itu. Angin sepoi, deburan ombak, dan wajah tampanmu yang diterpa cahaya terang bulan malam itu. Lautan tampak berkilau keperakan diterpa sinar rembulan. Begitu juga wajahmu. Pembicaraan tentang Daniel yang tak habis dibahas. Aku ingat bahasan kita saat itu. Masih terngiang di ingatanku sampai detik ini.
"So, Dan is not coming to party with you?"
"Nah. He said, he's tired. But obviously, he's with other girl. My friend saw him too." Kamu mengangguk. 
"But, if he see us together now, he will misunderstand. He won't be happy"
"Why would he? It's nothing to do with him. It's not like we are in relationship or something."
"But still, don't tell him. You know, there's unspoken rule between guys. Like we can't hit up to the girl that our friends to be with."
"Well, i don't understand it. who make that stupid rule though? If we are not in relationship, it means that we are available to be with anyone. Anyway, he's with another girl now, so why can't I?"
"Well, fair enough."
"By the way, now I kinda remember you. You came to Pockets & Pints few times already, no?"
"Yeah. Because my friend recommend me. And it's so good. Maybe if you know Rob?"
"Yeah, of course I know him. He come a lot. He even speak local language. Wait, did you order Nici's Delight with bacon?"
"Correct." Aku tertawa karena aku bisa mengingatmu. Rasanya konyol, kita sudah sering ketemu tapi itu pertama kalinya kita bicara.
"So now i definetly remember you. First time you came, you were sitting at the bar. I was thinking to ask you if you wanna play some games while waiting for your orders, but you were busy with your phone."
"Oh really?" Kamu tertawa renyah mengingat betapa dingin kesan yang kamu berikan padaku. Aku ingat senyumanmu yang manis. Benar-benar menggoda. "I do remember you too. I've seen you a lot. You came to Lucky's many times. And I do like the way you dress up." Pujimu. Aku sedikit tersipu karena pujianmu yang blak-blakan dan membuatku hanya mampu berkata "Thanks."
"So, you came to Lucky's a lot?" Kamu hanya mengangguk. "But I never saw you there. So weird."
"I do know about you have a problem with other girl that Dan had been hangout with too."
"Really?" Aku tertawa konyol karena mengingat kejadian dengan cewek yang pernah jalan sama Dan sebelum kenal aku. "It's crazy and i feel stupid at the same time. We were just chilling. And then that girl come and started to get mad."
"Well, I totally understand. Because Dan was hanging out with her for few days already and suddenly with you. But I'm surprised that you were still there watching them arguing."
"Well, I don't understand either. That's why i said, I feel stupid. I just can go intead of watching their drama." Kita berdua pun tertawa konyol.

Begitulah pembicaraan kita mengalir dari topik tentang Dan sampai pembicaraan omong kosong lainnya. Aku ingat, kita berjalan di bibir pantai. Menikmati udara hangat pantai malam itu. Udara yang terasa lengket di kulit. Kamu menjahiliku sesekali. Menarik badanku agar aku basah terkena air pantai namun menarikku kembali membuatku terperangkap dipelukanmu beberapa kali. Anehnya, semua berjalan begitu mengalir. Seolah-olah Kita sudah saling mengenal bertahun-tahun lamanya.

"Wanna drink something?" Tawarmu saat kita sampai di Cheeky Monkey.
"I'm alright. I don't drink alcohol."
"Wanna have soft drinks maybe?"
"Hmm...coke would be alright." Kamu pun pergi memesan minuman. Aku mulai menari sendiri. Ternyata, partynya tidak seburuk yang dikatakan teman-temanku. Bisa dibilang, musiknya lebih bisa kunikmati. Aku meliarkan pandangan dan banyak orang yang aku kenal sedang asik menari dengan tampang teler mereka. Martin beserta teman-temannya sudah mulai teler dan mulai bicara sembarangan. Salah satu teman Martin yang tidak aku ingat namanya mulai mendekatiku. Bertanya sembarangan dan mulai merangkulku membuatku tidak nyaman. Kamupun datang membawa dua minuman. Alcohol untukmu dan coca-cola untukku.
"Wanna go somewhere else for a while?" Ajakmu. Akupun mengangguk dan mengikutimu. Kita duduk sejenak di berugak kecil di belakang sound system. "Wanna go to that boat?" Tunjukmu kearah boat yang terparkir diatas laut. Belum sempat kujawab, kau tarik tanganku. Kita berjalan diantara rumput laut dan air laut yang tidak dalam. Hanya sebatas lutut. Kau genggam tanganku erat namun lembut agar Aku Tak terjatuh. Kitapun duduk berdampingan sejenak. Menikmati musik DJ yang terdengar samar di kejauhan. Menikmati suasana hangat diantara kita. Tanpa siapapun, hanya kita berdua.
"What if Dan finds out that you are with me?"
"As I said, we are not in relationship. We r just sleeping buddy. What does it called?Friends with benefits? I don't know. We talked about this already. Well, I kinda sad because he lies to me. I mean, he can just said that he's with ..."

Dan tiba-tiba kamu menciumku tanpa aku menyelesaikan kata-kataku. Bibirmu yang menempel dibibirku membuatku tertegun. Kemudian kamu berbisik lembut. "Please don't tell Dan about this." Dan aku hanya mengangguk meng-iyakan. Kau sesapkan jemarimu diantara rambut dibelakang kepalaku. Menarik kepalaku perlahan,menciumku kembali dengan lembut. Bibirmu yang terasa hangat dan lembut membuatku tenggelam dalam suasana. Kubalas ciumanmu dengan lembut, meremas lembut rambutmu yang terasa halus. Cukup lama sampai kita melepaskan tautan pada bibir kita. "You are really a good kisser." Pujimu.Kita saling tersenyum penuh arti menatap satu sama lain.
"How could you decide someone is a good kisser or not?"
"Hmm...hard to explain. But you know if someone is a good kisser when you feel good about it? From kissing different girls?" Jawabmu ragu-ragu. Aku tertawa melihatmu yang ragu-ragu menjawabku. Kamu terlihat sangat manis.
"Shall we dance?" Ajakku. Kamu mengangguk dan menggenggam tanganku. Menariknya perlahan mengikutimu menari de kerumunan orang-orang yang sudah mabuk. Tak ada tarian yang istimewa diantara kita. Aku ingat kau tak pandai menari. Hanya tarian acak tanpa makna hingga subuh menjelang. Orang-orang masih sibuk menari tapi kita memutuskan untuk pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Langit mulai memancarkan warna sedikit kebiruan diantara gelap.
"What's your plan after this?" Tanyamu.
"I don't know. Sleeping?"
"You are tired already?"
"Hmm...not really. But at some point, I have to sleep because I have to work tomorrow."
"Wanna chill at my place for a while?"
Pertanyaan itu membuatku terdiam sesaat. Aku berfikir kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya. Aku bertanya dalam hati. Apakah kita akan berakhir hanya menjadi seperti Aku dan Daniel? Atau hanya sebatas one night stand ? Atau bisakah kita menjadi lebih dari sekedar kemungkinan lainnya? Apapun itu, aku begitu yakin bahwa Aku bisa mengambil resiko apapun. Aku ingin bersamamu lebih lama lagi.
"Hmmm...okay. But I can't stay that long." Kamu mengangguk. "By the way, why are we walking so fast?" Tanyaku heran menyadari kalau kami berjalan sangat cepat.
"Well, I used to walk fast in my home country. That's why sometimes Dan complaint because I walk too fast."
"Same goes to me. Because I used to walk a lot, so I walk faster then my friends. But lucky that we both walks fast. But you know what Indonesian said about someone who walks fast? They call us a 'debt collector.'" Kita tertawa renyah.
"How is it related though? Debt collector nothing to do with walking fast."
"No idea." Ucapku menjungkitkan bahu."Ah right, where are you from by the way?" Kamu tertawa lucu. Entah apa yang membuatmu tertawa.
"Are you seriously asking me now? After kissing?" Akupun tertawa menyadari kekonyolanku. Kau usap kepalaku dengan gemas.
"I'm from Finland. You know where is it?"
"No idea. I failed map. But I know for sure it's somewhere in Europe." Kamu tertawa lagi dan merangkulku hangat.
"Wanna drink something?" Tanyamu saat kita sudah sampai di penginapanmu.
"Water would be alright." Kamu pun menuju kulkas dan kembali dengan sebotol minuman. "Thanks." Ucapku sekenanya dan mengambil botol minuman darinya. Segera kuminum saat sampai di dalam kamar. "You got a nice place." Mataku meliarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan.
"Yeah. Good place. You like it?" Aku mengangguk. Kamu kembali melekatkan wajahmu dengan wajahku, menciumku hangat. Kita berpagutan. Terhanyut suasana. Kemudian kau akhiri dengan mencium seluruh wajahku. Membuatku jatuh tertidur. Aku tertawa geli dengan ciumanmu. Kudorong sedikit wajahmu agar menjauh. Mata Kita bertemu lagi. Menatap penuh arti. Kau daratkan ciumanmu lagi di bibirku. Begitu hangat Dan menggairahkan. Semua akal sehatkupun menghilang. Coumanmu begitu memabukkan hingga kupasrahkan semuanya mengalir pada waktu. Entah kapan saat kusadari Kita berdua sudah Tak lagi memakai selembar benangpun. Hanya Ada celana dalammu yang tersisa. Sisa-sisa gesekan hangat tubuhmu membuatku menggila. Aku ingin lebih dari itu Dan tanpa malu Aku bertanya padamu. 
"You got condom?"
"No." Jawabmu terengah.
"Shit!"
"I never intend to do this with anyone here. So I don't prepare. But if you wanna do it, I promise I won't come inside" 
Bagaikan sihir, Aku benar-benar tidak peduli. Aku percayakan semuanya padamu. Malam itu, Aku Hanya menginginkanmu. Merasakan Dan menikmati seluruh hangat tubuhmu. Hingga kita mendapatkan apa yang Kita inginkan, berasa di puncak kenikmatan. 
Kaupun berbaring disampingku. Mencium keningku dan mengusap lembut pipiku. "Stay here with me." Ucapmu lembut menatapku. Aku hanya mengangguk mengiyakan. Kitapun mengubah posisi berbaring dengan benar. Berdampingan sambil membicarakan hal-hal konyol. Cukup lama hingga kita tertidur.




Rabu, 14 Agustus 2019

TRYING TO MOVE ON: 1. RUNAWAY?

Edit Posted by with No comments
Dear, lovers....
         I'm feeling kind of weird right now. Really really weird. I'm feeling sad but also having a strong peace at the same time. Have u guys ever feel it? Or am i the only one? Because i'm thinking of if maybe i start being crazy.
         I got dumped few weeks ago. Right! I proposed a guy! Well, what i mean is, he was asking me if the status on my social media talked about him or another guy . So i confesed that i have a special feeling for him. But actually i also not sure about what that feeling is. I do like him and he is special but i'm not sure if it's love. Because i know that there's another guy that i adore so much and i can't forget him. Or can we as human love two different people at the same time? Whatever the feeling is, i hurt so much when he told me that he has no the same feeling like mine.
         I've been crying a lot after the rejection. We were in a good term even after that confesion. But then it got worse. The last few weeks, i felt really miss him. So i contacted him. But no respond. I texted him, but no reply. I called him, but no answer. I know it sounds creepy. It looks like i'm obsessed with him. Well, i'm not a typical girl who will obsessed with any guy. It was just that i missed him badly and it hurt me a lot. I was thinking that maybe i will feel better after a small talk with him. But then yeah he kept ignored me. So i asked him (by the DM) is he trying to avoid meand want me to stop. But then he replied me how am i doing. But i was too disappointed to texted him back.
       I felt so much emotional. I kept asking myself so many questions. Am i not worth? Am i not good enough? Am i really bad person? What is wrong with me? and all similar questions about my quality. So i started feeling disgust of myself. It makes me feel really bad and sad about myself. At that kind of situation, i don't know who to tell. I can't tell my mom, ir even my bestfriend. I don't know how to describe my feeling that time. My head spinning because i missed him badly but he ignored me. Feeling sad and angry at the same time is really not a good mix. Angry about myself that i was begging a lot, that maybe he can give me a lil bit feeling of "love". So i put it as status in my social media. I put a lot of insta story about how i felt. I even put some quote to motivate myself. 





          We didn't talk at all. We just seing each other's insta stories. I saw he post some video story with a girl. They were kissing. She's so beautiful and hot and i lost my confident. I'm nothing compared to her. So i thought maybe it's my right time to stop. He seems so happy with that girl which made me realise the things that i can't give to him that "happyness".

        I felt really bad. I was so egoist all the time i asked if we can have a call. Maybe that time when i asked, he wanna enjoy his vacations. We weren't in a relationship so basically he has nothing to do with me. We were only having a good time. That's all. (Oh my god, even now when i'm writing this, i can't stop my tears). This fact is just like a bomb. 
       I cried almost everyday before sleeping and when i wake up. Tried so hard so that i don't cry at work. I put this status with pink background, then he unfollow me after.
       I don't know how to respon to this "unfollow case". I just promised myself to love myself more, forgive myself for not doing good enough, do better and be the best version of myself after this.
      So yeah since then, i'm looking for some ways to go away from this island where i live now (Gili Air). Looking for any scholarship which looks so impossible because i'm not good at studying and i don't like reading any academic books. Or maybe working away which also looks impossible because i don't know my talent. What i know about myself is that i'm a fast learner. I keep saying to myself that what i'm doing now is i'm on my way doing better. But it's not totally true. I know for sure i'm running away. I don't think that i can stay here anymore. Because wherever i go, whatever i'm doing, it all remind me of him and the Finland guy.



Living a Paradise, Gili Air Life

Edit Posted by with No comments
Hi, everyone!!!
     Oh my god, it's been ages never write something on this blog. I just remember that i have a blog 😁. Actually, i have no idea what to write. Then i'm thinking of this island suddenly. Yuppsss, i guess you guys already know what i'm going to write here hehehe.
     Okay, so i'm living in a really small island called Gili Air. If you are wondering where the hell is this island, it's part of North Lombok. If it's still not sounds familiar, it's fucking close from Gili Trawangan. It will take around 30-40 minutes using a hoping boat from Gili Trawangan (Gili T) to Gili Air, and 2 hours with the boat from Bali. I came to this island for the first time on May 2018 only for one night out of curiosity (because i never come here in my 24 years living my life where i live pretty close from this island 😂) then decided to work here. So i started to live here in the end of August 2018 right after the big earthquake. Sounds crazy huh? That month was such fucking nightmare because of that big earthquake and there was a big chance that there will be another big earthquake. Everyone was freaking out including me because so many bad news on the media. Even right before i took my boat from Lombok Bangsal, there was an earthquake and my mom freaked out and begged me to cancel my plan. But i said "No turning back". Well, i'm still happy that i made that decision. Because for me, this is a paradise. Never thought that i will have this kind of life. This is a life that i want. Why?
     Because i have an easy life here. No stress out. I don't need to wake up early, even working doesn't feel like work because all the colleagues is just like my own family. Playing during working. Because i'm working in a restaurant here and we have a lot of game boards. But our favourite game is dart, so i play with others almost everyday. I also play with customers. Meet a lot of people everyday, having a nice conversation and going to party after work. Well, we don't have a lot of parties here. But at least we have twice a week night parties (now some bars make more day parties). Gili Air is a balance place to live. It's not as crazy as gili Trawangan where you can find parties everywhere and every fucking night. It's also not as quiet as gili Meno. 


     
     This is the best moment in my 24 years live in this world. I used to think that i have to work in the office in big city. But since i started working here, i change my mind. I don't wanna rush everyday, traffic jam, sleeping, the same routine again everyday. I wanna enjoy and relax everyday and going to the beach whenever i want. For you guys, maybe take a short vacation enjoy the ocean with diving or snorkeling, grab some drinks with live music while watching a beautiful sunset on the beach, doing yoga in the morning, or try the cooking class. For me as a local here, i will go to gili Trawangan once a month for party. Take the afternoon boat and come back in the morning 😂. And i'm planning climbing Rinjani Mountain once i get some people to go with. It's kinda risky tho if i go alone because i don't have a lot of experience climbing mountain. If you guys planing to come here and climbing Rinjani, let's go together.



      But from all of that, i love living here because i socialise a lot. Meet a lot of nice people. I used to be introvert. Study, sleeping, watching, gaming and eating.   
     Alright. Now i don't have any idea what i have to tell you about this island. If you guys want to have more information about the island, you guys can find me on my instagram @auliya.opi. Or if you guys already here, let's grab some drinks and go to party together. 😚